Senin, 10 Februari 2014

TERTELAN HUJAN oleh "Sudhas Rishal Sawil"


Tertelan hujan

Jika kau bertanya siapa kekasih kekasihmu.
maka akan kukatakan dengan gamblang bahwa kekasihku adalah kata, kalimat, dan alinea.
ia telah turun menemaniku mengembara memasuki hujan dan tajamnya matahari.
seperti itulah aku saling berkisah disuatu sunyi yang juga telah kujadikan kekasih.
tetapi kekasihku badai malam ini.
ia pergi begitu saja,
dalam derasnya hujan,
dalam getirnya badai,
dalan degupan angin yang risau,
dalam sekuntum bunga,
dalam pedihnya perpisahan,

kata, antarkanlah aku pada kata-kata sekali lagi.
yang berisi kentalnya darah-darah.
yang bertualang dalam putihnya cinta,
dalam keruhnya kesucian rindu,
dalam fatamorgana sebuah masa lalu.

kembalilah, mengisi kosongnya logika.
atas nama mimpi yang pergi dari hati yang penuh cinta.
saksi kenangan atas sunyinya semedi dilembah-lembah kota, atau irisan udara desa.
saksi atas tawa-tawa yang membentang, dan tetesnya air mata.
saksi perilaku SRS didalam jalannya waktu dan sebuah kisah.
kepergiannya mata dan lidah-lidah wanita.
kejamnya pertentangan antara kebenaran dan keserakahan.
mekarnya bibit alam cendawana di sebuah musim tak berbunga.

kembalilah kata-kata.
jadilah saksi bagaimana aku memelihara tubuhmu.
hingga engkau mati dan hilang ditelan hujan.

Jakarta, 2-januari-2013  "Sudhas Rishal Sawil"

1 komentar:

doo..ree..mii..

Berharap Tepukan Tangan dari Semua Orang dengan apa yang Menjadi Milikku Kelak Tentunya dengan Usaha dan Kemampuan yang Aku Miliki

Mulailah setiap pekerjaanmu dengan sebuah senyuman dan pikiran yang positif

‘when there is a will, there is a way’