BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalani kehidupannya manusia bekerja membutuhkan
energi. Namun terkadang proses pembentukan energi ini lambat dalam bekerja,
maka dari itu dibutuhkan biokatalisator untuk mempercepat pembentukan energi.
Suatu reaksi kimia dapat terjadi dalam tubuh sangat lambat, namun bila dalam reaksi tersebut ditambahkan enzim
maka reaksi tersebut akan berjalan dengan cepat.
Selain pada manusia, enzim juga dapat ditemukan baik pada tumbuhan
maupun pada hewan. Salah satu enzim yang terdapat pada tumbuhan adalah enzim
amilase, yang dipengaruhui oleh garam-garam organik, pH, suhu dan cahaya.
Dewasa
ini, enzim adalah senyawa yang umum digunakan dalam proses produksi. Enzim yang
digunakan pada umumnya berasal dari enzim yang disolasi dari bakteri.
Penggunaan enzim dalam proses produksi dapat meningkatkan efisiensi yang
kemudian akan meningkatkan jumlah produksi.
Enzim
dapat bekerja secara optimal apabila dalam keadaan atau kondisi asam ataupun
basa. Dan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap enzim amilase, maka kami
melakukan percobaan atau praktikum “ pengaruh pH terhadap aktifitas enzim “.
Dimana pH digunakan untuk mengetahui apakah larutan tersebut dalam keadaan asam ataupun
dalam keadaan basa?. Dan apakan dalam keadaan asam atau dalan keadaan basa
emzim tersebut dapat bekerja secara optimal ataukah sebaliknya?. Enzim dalam keadaan asam atau basa tidak
bekerja secara optimal atau bekerja/bereaktifitas, tapi sangat lama.
Dan
dalam percobaan ini, yang
perlu diketahui yaitu pengaruh suhu terhadap aktifitas enzim. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap kerja enzim, yang dimana diambil pH faktor yang diamati, maka
kami melakukan percobaan dengan judul pengaruh pH terhadap aktivitas enzim.
B.
Tujuan
Praktikum
Setelah
melakukan kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu membuktikan pengaruh pH
terhadap aktifitas enzim amilase.
C. Manfaat praktikum
Agar
mahasiswa lebih mengetahui pengaruh pH terhadap aktifitas enzim amilase dan dapat mengetahui cara kerja suatu enzim serta mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim tersebut.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Enzim dapat ditemukan baik pada hewan maupun pada
tumbuhan. Salah satu enzim yang terdapat pada tumbuhan adalah amilase. Nama
lain dari amilase ialah diastase. Enzim tersebut dapat menghidrolisis amilum
menjadi gula. Amilase dihasilkan oleh gula daun atau biji yang sedang
berkecambah. Aktivitas amilase dipengaruhi oleh garam – garam anorganik, pH,
suhu, dan cahaya. pH optimum dari amilase menurut hopkins, cole, dan green ( miller,
1938 ) adalah 4,5 – 4,7 (Tim
Pengajar, 2010).
Enzim adalah protein katalitik. (Jenis lain katalis
biologis, ribozim, yang terbuat dari RNA). Suatu katalis adalah suatu agen kimiawi
yang mengubah laju reaksi tanpa harus dipergunakan oleh reaksi itu. Dengan
tidak adanya enzim, lalu lintas kimiawi melalui jalur-jalur metabolisme akan
menjadi sangat macet. Apa yang menghalangi suatu reaksi spontan, dan bagaimana
suatu enzim mengubah situasi itu?. Setiap reaksi kimiawi melibatkan pemutusan
ikatan dan pembentukan ikatan. Misalnya : hidrolisis sukrosa melibatkan
pertama-tama pemutusan ikatan antara
glukosa dan fruktosa dan kemudian pembentukan ikatan baru dengan suatu atom
hidrogen dan suatu gugus hidroksil dari air. Setiap saat suatu reaksi mengatur
ulang atom-atom molekul itu, ikatan-ikatan yang sudah ada dalam reaktan harus
diputuskan dan ikatan baru pada produk akan dibentuk. Molekul reaktan harus
menyerap energi dari sekelilimgnya, dan energi akan dibebaskan ketika ikatan
baru pada molekul produk terbentuk ( Campbell, 2002 ).
Enzim memperlihatkan semua sifat-sifat protein. Semua
enzim murni yang telah diamati sampai saat ini adalah protein : dan aktifitas katalitiknya
bergantung kepada integritas strukturnya sebagai protein. Sebagai contoh, jika
suatu enzim dididihkan dengan asam kuat atau diinkubasi dengan tripsin, yaitu
perlakuan yang memotong rantai polipeptida, aktivitas katalitiknya biasanya
akan hancur. Hal ini memperlihatkan
bahwa struktur kerangka polimer protein enzim dibutuhkan untuk
aktifitasnya. Selanjutnya, jika kita mengubah berlipatnya rantai protein yang
khas dari suatu protein enzim utuh oleh panas, oleh perlakuan pH yang jauh
menyimpang dari keadaan normal, atau oleh perlakuan dengan senyawa perusak lainnya, aktifitas katalitik
enzim juga akan lenyap. Jadi, struktur polimer, sekunder, dan tertier protein
enzim penting bagi aktifitas katalitiknya ( Lehninger, 1982 ).
Enzim berfungsi dengan cara meningkatkan proporsi molekul
yang mempunyai cukup energi untuk bereaksi, sehingga mempercepat laju proses.
Enzim melakukan hal ini dengan menurunkan energi yang diperlukan reaksi, dan
bukan meningkatkan jumlah energi dalam tiap molekul. Hal ini menunjukkan bahwa
pada waktu substrat diubah menjadi produk (hasil), suatu penghalang (“barrier”)
energi harus diatasi. Penghalang ini disebut energi aktifasi (energi
pengaktif). Adanya enzim sangat mengurangi (menurunkan) energi aktivasi suatu
reaksi. Jika energi aktivasi untuk suatu reaksi
itu rendah, lebih banyak molekul ( substrat ) dapat bereaksi dari pada
tanpa enzim. Enzim meningkatkan kecepatan reaksi keseluruhan tanpa mengubah
sushu reaksi. Misalnya, energi aktivasi untuk reaksi hidrolisis sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa kira-kira 32.000 kalori per mol, tetapi dengan adanya
enzim investase energi aktivasi menurunkan energi aktivasi menjadi kira-kira
9.400 kalori per mol ( Susilowati, 2000 ).
Enzim tertentu
dapat bekerja secara optimal pada kondisi tertentu pula. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim menurut Anonim (
2010 ) adalah
sebagai berikut:
1).Suhu
Sebagian
besar enzim mempunyai suhu optimum yang sama dengan suhu normal sel organisme
tersebut. Suhu optimum enzim pada hewan poikilotermik di daerah dingin biasanya
lebih rendah daripada enzim pada hewan homeotermik. Contohnya, suhu optimum
enzim pada manusia adalah 37 derajat celcius, sedangkan pada katak adalah 25
Derajat Celcius. Kenaikan
suhu di atas suhu optimum dapat mengakibatkan peningkatan atau penurunan
aktivitas enzim. Secara umum, tiap kenaikan suhu 10 derajat C, kecepatan reaksi
menjadi dua kali lipat dalam batas suhu yang wajar. Hal tersebut juga berlaku
pada enzim. Panas yang ditimbulkan akibat kenaikan suhu dapat mempercepat
reaksi sehingga kecepatan molekul meningkat. Hasilnya adalah frekuensi dan daya
tumbukan molekuler juga meningkat.Akibat kenaikan suhu dalam batas tidak wajar,
terjadi perubahan struktur enzim (denaturasi). Enzim yang terdenaturasi akan
kehilangan kemampuan katalisnya.
Sebagian besar enzim mengalami denaturasi yang tidak dapat balik pada suhu 55-65 Derajat C. Enzim yang secara fisik
telah rusak biasanya tidak dapat diperbaiki lagi. Hal tersebut merupakan salah
satu alasan bahwa enzim lebih aman
dimakan pada makanan yang sudah dimasak.Khususnya daging dan telur daripada
makanan mentah.Pengontrolan panas terhadap susu dan makanan dengan bahan susu
lainya secara dramatis mengurangi penyebaran penyakit seperti TBC. Pada suhu
kurang dari suhu optimum, aktivitas enzim mengalami penurunan. Enzim masih
beraktivitas pada suhu kurang dari 0 derajat C dan aktivitasnya hampir terhenti
pada suhu 196 derajat C.
2) pH
atau Keasaman
Seluruh
enzim peka terhadap perubahan derajat keasaman (pH). Enzim menjadi nonaktif
bila diperlakukan pada asam basa yang sangat kuat. Sebagian besar enzim dapat
bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan yang agak sempit. Diluar pH
optimum tersebut, kenaikan atau penurunan pH menyebabkan penurunan aktivitas
enzim dengan cepat. Misalnya, enzim
pencerna dilambung mempunyai pH optimum 2 sehingga hanya dapat bekerja pada
kondisi sangat asam. Sebaliknya, enzim pencerna protein yang dihasilkan
pankreas mempunyai pH Optimum 8,5 . Kebanyakan enzim intrasel mempunyai pH
optimum sekitar 7,0 (netral). Pengaruh
pH terhadap kerja enzim dapat terdeteksi karena enzim terdiri atas protein.
Jumlah muatan positif dan negative yang terkandung didalam molekul protein
serta bentuk permukaan protein sebagian ditentukan oleh pH.
3) Konsentrasi Enzim, Substrat dan
Kofaktor.
Jika
pH dan suhu suatu sistem enzim dalam keadaan konstan serta jumlah substrat
berlebihan, laju reaksi adalah sebanding dengan enzim yang ada. Jika pH, suhu,
dan konsentrasi enzim dalam keadaan konstan, reaksi awal hingga batas tertentu
sebanding dengan substrat yang ada. Jika sistem enzim memerlukan suatu koenzim
atau ion kofaktor , konsentrasi subsrat dapat menentukan laju keseluruhan
sistem enzim.
4) Inhibitor Enzim
Enzim
dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor berupa zat kimia tertentu.
Zat kimia tersebut merupakan senyawa selain substrat yang biasa terikat pada
sisi aktif enzim (substrat normal) sehingga antara substrat dan inhibitor
terjadi persaingan untuk mendapatkan sisi aktif . Persaingan tersebut terjadi
karena inhibitor biasanya mempunyai kemiripan
kimiawi dengan substrat normal. Pada konsentrasi Substrat yang rendah
akan terlihat dampak inhibitor terhadap laju reaksi, kondisi tersebut berbalik
bila konsentrasi substrat naik.
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada :
Hari,
Tanggal : Jumat, 12 November 2010
Waktu :
Pukul 13.30 s.d. 15.30
Tempat :
Laboratorium Biologi Lantai III Sebelah Timur
FMIPA UNM Makassar
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
a)
Cetrifuge dan tabung centrifuge
b)
Mortar dan pistilum
c)
Tabung reaksi besar dan kecil
d)
Pipet
e)
Corong kecil
f)
Rak tabung reaksi
g)
Lampu spiritus
h)
Kertas pH atau pH meter
i)
Kertas saring
2.
Bahan
a)
Kecambah padi, jagung, atau kacang hijau
b)
Larutan amilum
c)
Larutan fehling A dan B
d)
Larutan KJ
e)
HCl encer (10%)
f)
Larutan NaOH 1 %
g)
Aquades
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
No. Tabung
|
pH
|
Perubahan
|
I
|
6
|
a.
Ungu menjadi ungu muda ( 5 menit )
b.
Ungu menjadi ungu tua ( 10 menit )
c.
Ungu menjadi mendekati merah (15 menit)
|
II
|
4
|
a.
Hijau keruh menjadi hijau muda ( 5 menit )
b.
Hijau tua menjadi hijau lumut ( 10 menit )
c.
Ungu menjadi merah bata ( 15 menit )
|
III
|
12
|
a.
Ungu manjadi ungu tua ( 5 menit )
b.
Ungu memjadi ungu tua ( 10 menit )
c.
Ungu menjadi ungu tua ( 15 menit )
|
B. Pembahaasan
1.
Tabung
I
Pada tabung ini, diisi larutan amilum sebanyak 1 ml ke 3
buah tabung reaksi yang diberi label a, b dan c. Kemudian ditambahkan ekstrak
kecambah. Setelah itu diukur pH-nya dan ternyata pH yang diperoleh adalah 6.
Setelah itu, Setelah 5 menit tabung a ditambahkan fehling A dan B lalu
dipanaskan. Ternyata larutan berubah warna dari ungu menjadi ungu muda. Hal ini
menandakan bahwa enzim amilase pada supernatan tidak bekerja secara maksimum dalam
menghidrolisis amilum menjadi glukosa. Kemudian tabung b diperlakukan seperti
tabung a setelah 10 menit. Ternyata larutan berubah warna dari ungu menjadi
ungu tua. Setelah itu tabung c juga diperlakukan seperti tabung a, setelah 15
menit larutan berubah sama seperti tabung b yaitu warna ungu dan berubah warna
mendekati merah bata. Hal ini mengindikasikan bahawa enzim amilase telah
bekerja dalam menghidrolisis amilum menjadi glukosa.
2.
Tabung
II
Pada tabung ini diisi amilum kemudian ditambahkan ekstrak
kecambah. Setelah itu ditambahkan pula 1 – 2 tetes larutan HCl 10%, larutan
berada dalam suasana asam. Setelah itu, masing masing tabung diberi label a, b
dan c. Tabung reaksi a setelah 5 menit ditambahkan larutan fehling A dan B,
kemudian dipanaskan. Ternyata larutan berubah warna dari hijau keruh menjadi
hijau muda . Hal ini menandakan bahwa ezim pada supernatan yang ditambahkan
belum bekerja secara maksimal dalam mengubah amilum menjadi glukosa. Tabung b,
setelah 10 menit ditambahkan larutan fehling A dan B, dan mengalami perubahan
warna hijau tua menjadi hijau lumut. Hal ini juga menandakan bahwa enzim pada
tabung b belum bekerja sempurna dalam mengubah amilum menjadi glukosa. Pada
tabung c, setelah 15 menit dipanaskan, larutan yang semula berwarna ungu
berubah menjadi merah bata, ini berarti
enzim bekerja maksimal dalam
menghidrolisis amilum menjadi glukosa.
3.
Tabung
III
Pada tabung ini, diisi amilum kemudian ditambahkan 1 ml
ekstrak kecambah lalu ditambahkan pula 1-2 tetes larutan NaOH 1%, larutan
tersebut dalam suasana basa. Setelah itu. Kemudian larutan diberi label a, b
dan c. Tabung reaksi a setelah 5 menit ditambahkan fehling A dan B kemudian
dipanaskan, dan ternyata berubah warna dari ungu menjadi ungu tua. Hal ini
menandakan enzim pada ekstrak kecambah belum bekerja secara maksimal dalam menghidrolisis
amilum menjadi glukosa. Tabung b setelah 10 menit ditambahkan fehling A dan B
lalu dipanaskan. Ternyata larutan berubah warna dari ungu berubah menjadi ungu
tua. Hal ini menandakan bahwa enzim amilase belum bekerja maksimal dalam
menghidrolisis amilum menjadi glukosa. Tabung c setelah 15 menit ditambahkan
fehling A dan B lalu dipanaskan. Ternyata larutan berubah warna dari ungu
menjadi ungu tua, perubahan warna ini juga dapat diartikan bahwa enzim belum
bekerja sempurna dalam larutan tersebut.
4.
Tabung
IV
Pada tabung ini yang berisi amilum yang ditambahkan 1-2
tetes JKJ, dan terjadi perubahan warna dari putih menjadi biru kehitaman. Hal
ini menandakan bahwa larutan ini mengandung amilum.
Pada tabung IV digunakan sebagai kontrol terhadap perubahan
warna yang terjadi pada tabung I, II, dan III. Pada tabung I, II, dan III
terjadi perubahan warna. Dengan adanya perubahan warna tersebut menandakan
bahwa enzim amilum pada setiap tabung telah bekerja. Namun perubahan warna yang
terjadi pada percobaan ini tidak sesuai dengan teori. Menurut teori perubahan
warna yang terjadi jika enzim telah bekerja adalah dari putih keruh menjadi
orange. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a.
Alat-alat
yang digunakan mungkin tidak terlalu bersih sehingga terjadi pencampuran zat.
Dari pencampuran zat inilah menyebabkan terjadinya perubahan warna yang tidak
sesuai dengan teori.
b.
Suhunya
mungkin tidak sesuai dengan suhu optimum dimana enzim bekerja.
c.
Kekurang
telitian saat penghitungan waktu dan penambahan larutan.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari bisa ditarik dari percobaan ini
adalah. Bahwa, pH sangat berpengaruh terhadap kerja suatu enzim. Karena
perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif
enzim, sehingga menghalangi sisi aktif berkombinasi dengan substratnya.
Perubahan warna yang terjadi pada setiap tabung menandakan bahwa enzim pada
setiap tabung tersebut bekerja, walaupun terjadi perubahan warna yang tidak
sesuai dengan teori.
B. Saran
1.
Sebaiknya pada saat melakukan praktikum,
dilakukan secara teliti agar tidak terjadi manipulasi data dan hasil praktikum
bisa lebih baik.
2.
Sebaiknya laboratorium menyiapkan meja
praktikum dengan bentuk lingkaran agar kerjasama antara praktikan dapat terjaga
sehingga hasil praktikum bisa lebih baik.
3.
Sebaiknya preparat yang disediakan
adalah preparat yang layak untuk dipakai , agar mahasiswa mengetahui apa-apa
yang berkaitan dengan jaringan melalui pengamatannya sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim . 2010.
Enzim . http:// id. Wikipedia.org / wiki / jaringan.
Diakses 1
Desember 2010.
Campbell, dkk.
2002. Biologi Jilid I. Program Tingkat Pertama Bersama
UH.
Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Yogyakarta : Gadjah mada university
press.
Susilowati, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Biologi Hewan, Fisiologi
Tumbuhan,
Zoologi Vertebrata, Struktur Hewan. Jurusan
Pendidikan Biologi FMIPA
Universitas
Negeri Malang.
Tim Dosen Biologi. 2010.Penuntun
Praktikum Biologi Dasar. Jurusan FMIPA UNM.
PERTANYAAN :
1.
Apa guna larutan fehling A dan B dan JKJ ?
2.
Mengapa pada ekstrak enzim dari biji perlu
dicentrifuge?
JAWABAN :
1.
Larutan fehling A dan B berguna untuk mengetahui ada
tidaknya glukosa dalam cairan supernatan . larutan JKJ berfungsi untuk
mengetahui adanya glukosa dalam larutan.
2.
Centrifuge
diperlukan untuk mendapatkan cairan bening
dari kecambah yang disebut ekstrak enzim yang akan digunakan untuk
membuktikan pengaruh pH terhadap aktifitas enzim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar